Ketika diketemukan, Candi Syiwa ada dalam keadaan rusak
berat. Pemugarannya mengonsumsi saat yang cukup lama, yakni diawali pada th.
1918 serta baru usai pada th. 1953. Diberi nama Candi Syiwa lantaran didalam
candi ini ada Arca Syiwa.
Candi Syiwa di kenal dengan juga nama Candi Rara
Jonggrang, lantaran dalam salah satu ruangnya ada Arca Durga Mahisasuramardani,
yang kerap dikatakan sebagai Arca Rara Jonggrang. Badan candi berdiri diatas
batur setinggi seputar 2, 5 m. Candi Syiwa, yang terdapat di dalam barisan
barat, adalah candi paling besar. Denah dasarnya berupa bujur sangkar seluas 34
m2 dengan tinggi 47 m.
Selama dinding kaki candi dihiasi dengan pahatan dua jenis
hiasan yang letaknya berselang-seling. Yang pertama yaitu gambar seekor singa
yang berdiri diantara dua pohon kalpataru. Hiasan ini ada di seluruhnya segi
kaki Candi Syiwa serta ke lima candi besar yang lain.
Pada dinding kaki di segi utara serta selatan Candi Syiwa,
hiasan singa diatas diapit dengan panil yang berisi pahatan sepasang binatang
yang tengah berteduh dibawah sebatang pohon kalpataru yang tumbuh dalam
jambangan. Beragam binatang yang digambarkan disini, salah satunya : kera,
merak, kijang, kelinci, kambing, serta anjing. Diatas tiap-tiap pohon
bertengger dua ekor burung.
Pada sisi-sisi lain dinding kaki candi, baik kaki Candi
Syiwa ataupun candi besar yang lain, panil bergambar binatang ini ditukar
dengan panil ber gambar kinara-kinari, sepasang burung berkepala manusia, yang
juga tengah berteduh dibawah pohon kalpataru.
Tangga untuk naik ke permukaan batur terdapat di segi timur.
Tangga atas ini dilengkapi dengan pipi tangga yang dindingnya dihiasi dengan
pahatan sulur-suluran serta binatang. Pangkal pipi tangga dihiasi pahatan
kepala naga yang menganga lebar dengan sosok dewa dalam mulutnya. Di kiri serta
kanan tangga ada candi kecil yang beratap runcing dengan pahatan Arca Syiwa di
ke empat segi badannya.
Di puncak tangga ada gapura paduraksa menuju lorong di
permukaan batur. Diatas ambang gapura ada pahatan Kalamakara yang indah.
Dibalik gapura ada sepasang candi kecil yang memiliki relung di badannya.
Relung itu diisi Arca Mahakala serta Nandiswara, dewa-dewa penjaga pintu.